Sabtu, 20 April 2013

5.Merumuskan hakikat (pengertian, tujuan, jenis, dan manfaat) membaca.



1.      Pengertian Membaca dan Menulis Permulaan 
Materi ajar membaca bagi siswa kelas redah (Kelas I – II) diawali dengan teknik membaca nyaring, yang diistilahkan dengan pengajaran membaca permulaan. Fokus dari membaca permulaan adalah siswa mampu memindai lambang-lambang bahasa tulis dengan pelafalan memindai dan memaknai lambang-lambang bahasa tulis.
Sasaran utamanya adalah para murid kelas I SD memiliki kemampuan membaca dan menulis pada tingkat dasar. Kemampuan dasar dimaksud akan menjadi landasan bagi keterampilan-keterampilan lain, baik dalam kehidupan akademik di sekolah, maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Yang dimaksud dengan melek wacana adalah kemampuan membaca yang sesungguhnya, yakni kemampuan mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna disertai pemahaman akan lambang-lambang tersebut.
Membaca di sekolah dasar merupakan kegiatan membaca awal yang berisi pengenalan huruf, kata, dan kalimat-kalimat sederhana, khususnya di level kelas rendah yaitu kelas 1, 2, dan 3. 
Secara garis besar, terdapat dua karakteristik yang penting dalam pembelajaran membaca.Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
Keterampilan yang bersifat mekanis dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah.
Hal ini mencakup:
(a) pengenalan bentuk huruf;
) pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain);
 (c) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis);
 (d) kecepatan membaca ke taraf lambat.
Keterampilan bersifat pemahaman yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi.
 Hal ini mencakup:
(a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal,retorikal);
 (b) memahami signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang, relev ansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca);
 (c) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk);
 (d) kecepatan membaca yang fleksibel, mudah disesuaikan dengan keadaan (Broghton (et al).
2. Memilih materi ajar aspek membaca dan menulis permulaan
Materi pembelajaran (learning materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri atas pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
2.      Metode Pembelajaran MMP
a.      Metode Eja
b.      Metode Bunyi
c.       Metode Suku Kata
d.      Metode Kata
e.      Metode Global 
f.        Metode SAS
Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A/a, B/b, C/c, D/d, E/e, F/f, dan seterusnya, dilafalkan sebagai [a], [be], [ce], [de], [ef], dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis lambang, tulisan, seperti a, b, c, d, e, f, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai a, b, c, d, dan
seterusnya. 
Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya : b, a, d, u menjadi b-a ba (dibaca atau dieja /be-a/      [ba ])                                                            d-u du (dibaca atau dieja /de-u/     [du])
ba-du dilafalkan     /badu/                                b, u, k, u menjadi b-u bu (dibaca atau dieja / be-u/       [bu] )                                                            k-u ku (dibaca atau dieja / ke-u/       [ku] ) 
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Contoh-contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral, pendekatan komunikatif, dan pengalaman berbahasa. Artinya, pemilihan materi ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang mudah, akrab, familiar dengan kehidupan anak menuju hal-hal yang sulit dan mungkin merupakan sesuatu yang baru bagi anak.
Metode bunyi merupkan bagian dari metode eja, hanya saja dalam pelaksanaannya metode bunyi melalui proses latihan dan tubian.
Metode Suku Kata biasa juga disebut dengan metode silabel. Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti  /ba, bi, bu, be, bo/;  /ca, ci, cu, ce, co/;  /da, di, du, de, do/;  /ka, ki, ku, ke, ko/, dan seterusnya. 
Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana, kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan-satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari kalimat ke dalam kata-kata dan dari kata ke suku-suku kata.
Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian melahirkan istilah lain untuk metode ini, yakni Metode Rangkai-Kupas. 
Jika kita simpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMP dengan Metode Suku Kata adalah:
(1) tahap pertama, pengenalan suku-suku kata; 
(2) tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata;
(3) tahap ketiga, perangakaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana; 
(4) tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan.
Metode Global.
1)      Memperkenalkan gambar dan kalimat. 
2)      Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; suku kata menjadi huruf-huruf.

Metode SAS
Struktural Analitik Sintetik atau yang biasa disingkat dengan SAS merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan. Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat.
Proses penguraian/penganalisian dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS, meliputi:
(a) kalimat menjadi kata-kata 
(b) kata menjadi suku-suku kata, dan 
(c) suku kata menjadi huruf-huruf.
Beberapa manfaat yang dianggap sebagai kelebihan dari metode SAS, di antaranya sebagai berikut ini.
) Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang satuan bahasa terkecil yang untuk berkomunikasi adalah kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan-satuan bahasa dibawahnya, yakni kata, suku kata, dan akhirnya fonem (huruf-huruf).
 (2) Metode ini mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak. Oleh karena itu, pembelajaran akan lebih bermakna bagi anak karena bertolak dari sesuatu yang dikenal dan diketahui anak. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap daya ingat dan pemahaman anak.
(3) Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri). Anak mengenal dan memahami sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri. Sikap seperti ini akan membantu anak dalam mencapai keberhasilan belajar. 

Metode-metode yang dijelaskan di atas bukanlah metode yang yang terbaik sebab “tidak ada metode yang terbaik dan juga tidak ada metode yang terburuk”.
Oleh karena itu, sangatlah keliru jika ada orang yang beranggapan bahwa metode ini merupakan metode yang terbaik dan metode itu merupakan metode yang terburuk. Metode terbaik adalah metode yang paling cocok dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.
Model Pembelajaran MMP
a.      Model Membaca berdasarkan gambar
b.      Model Pembelajaran Menulis Permulaan
Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi ke dalam dua kelompok, yakni
(a) penegenalan huruf, dan
(b) latihan.
(dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar