Minggu, 03 Februari 2013

Petruk Dadi Ratu


Solo – Citra Punakawan sering dikaitkan dengan persoalan yang kental dengan batur, pembantu bangsawan, jaga,kongkonan, wong cilik,bahkan sering dianggap sekadar dagelan atau penghibur semata.
Sedikit berbeda dengan pagelaran wayang orang dengan lakon “Petruk Dadi Ratu” besutan sutradara Indah Murtiyoso. Cerita ini, menggambarkan tokoh punakawan, Petruk. Meski selalu jenaka namun anak dari Kyai Semar ini memiliki kecerdasan berpikir. Namun untuk mewujudkannya , Petruk memerlukan kekuatan ampuh, yaitu dengan menduduki jabatan tertinggi di sebuah negara sebagai seorang raja.
Dengan dibantu permaisuri, Jemuna yang lugas dan tegas menyadarkan semua pihak untuk menjadi insan yang memiliki tanggung jawab atas segala hal sesuai dengan kedudukan yang diamanatkan kepadanya. Carut marutnya para ksatria dan penguasa Pandawa yang disebabkan oleh semua pihak yang lalai atas pusaka ampuhnya, Jamus Kalimasada. Berkat pusaka ampuh itulah, Petruk dapat menduduki singgasana negeri Ngrancang Kencana. Gareng dan Bagong mampu menyadarkan Petruk untuk narima ing pandum, sesuai kodrat hidupnya sebagai punakawan penasehat para ksatria Pandawa.
Lakon “Petruk dadi Ratu” dalam pagelaran wayang orang besutan sutradara Indah Murtiyoso tersebut diperankan 23 pemain dari Paguyuban Wayang Orang Wanita (PWOW) Surakarta, Kamis (26/4) malam, di Pendapa Ageng Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Kentingan, Jebres, Surakarta..
“Selain memberikan sebuah hiburan dengan tontonan tradisional. Pementasan ini juga memberikan ajakan kepada semua orang untuk bersikap jujur dan apa adanya”, ungkap sutradara, Endah Sri Wuryani usai pementasan tersebut.
Dalam versi yang lain, Petruk Dadi Ratu adalah sebuah lakon yang diangkat dari cerita pewayangan tentang pembangkangan. Lakon tersebut mengisahkan ontran-ontran yang di Kahyangan Jonggring Kaloko. Huru-hara yang nyaris tidak berkesudahan tersebut terjadi akibat ulah Petruk yang ingin merubah tatanan pemerintahan yang dianggapnya penuh tipu daya dan manipulasi di sana-sini dengan malih rupa menjadi Prabu Kanthong Bolong.
Tak seorang pun mampu menghentikan sepak terjang kemurkaan Petruk, bahkan Prabu Kresna dan Arjuna sekalipun. Keadaan inilah yang akhirnya memaksa Kyai Semar harus turun tangan untuk meredam kemarahan anaknya, hingga pada akhirnya kambali ke wujud aslinya sebagai sosok punakawan.
Pagelaran wayang orang besutan sutradara  Indah Murtiyoso tersebut diperankan oleh 23 orang pemain dari Paguyuban Wayang Orang Wanita (PWOW) Surakarta, Kamis (26/4) malam, di Pendapa Ageng Taman Budaya Jawa Tengah, Kentingan, Jebres, Surakarta.(disarikan dari Bloger)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar