Solo – Citra Punakawan sering dikaitkan dengan
persoalan yang kental dengan batur, pembantu bangsawan,
jaga,kongkonan, wong
cilik,bahkan sering dianggap sekadar dagelan atau penghibur semata.
Sedikit berbeda dengan pagelaran wayang
orang dengan lakon “Petruk Dadi Ratu” besutan sutradara Indah Murtiyoso. Cerita
ini, menggambarkan tokoh punakawan, Petruk. Meski selalu jenaka namun anak dari
Kyai Semar ini memiliki kecerdasan berpikir. Namun untuk mewujudkannya , Petruk
memerlukan kekuatan ampuh, yaitu dengan menduduki jabatan tertinggi di sebuah
negara sebagai seorang raja.
Dengan dibantu permaisuri, Jemuna yang
lugas dan tegas menyadarkan semua pihak untuk menjadi insan yang memiliki
tanggung jawab atas segala hal sesuai dengan kedudukan yang diamanatkan
kepadanya. Carut marutnya para ksatria dan penguasa Pandawa yang disebabkan
oleh semua pihak yang lalai atas pusaka ampuhnya, Jamus Kalimasada. Berkat
pusaka ampuh itulah, Petruk dapat menduduki singgasana negeri Ngrancang
Kencana. Gareng dan Bagong mampu menyadarkan Petruk untuk narima
ing pandum, sesuai
kodrat hidupnya sebagai punakawan penasehat para ksatria Pandawa.
Lakon “Petruk dadi Ratu” dalam pagelaran
wayang orang besutan sutradara Indah Murtiyoso tersebut diperankan 23 pemain
dari Paguyuban Wayang Orang Wanita (PWOW) Surakarta, Kamis (26/4) malam, di
Pendapa Ageng Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Kentingan, Jebres, Surakarta..
“Selain memberikan sebuah hiburan dengan
tontonan tradisional. Pementasan ini juga memberikan ajakan kepada semua orang
untuk bersikap jujur dan apa adanya”, ungkap sutradara, Endah Sri Wuryani usai
pementasan tersebut.
Dalam versi yang lain, Petruk Dadi Ratu
adalah sebuah lakon yang diangkat dari cerita pewayangan tentang pembangkangan.
Lakon tersebut mengisahkan ontran-ontran yang di Kahyangan Jonggring Kaloko.
Huru-hara yang nyaris tidak berkesudahan tersebut terjadi akibat ulah Petruk
yang ingin merubah tatanan pemerintahan yang dianggapnya penuh tipu daya dan
manipulasi di sana-sini dengan malih rupa menjadi Prabu Kanthong Bolong.
Tak seorang pun mampu menghentikan sepak
terjang kemurkaan Petruk, bahkan Prabu Kresna dan Arjuna sekalipun. Keadaan
inilah yang akhirnya memaksa Kyai Semar harus turun tangan untuk meredam
kemarahan anaknya, hingga pada akhirnya kambali ke wujud aslinya sebagai sosok
punakawan.
Pagelaran wayang orang besutan sutradara
Indah Murtiyoso tersebut diperankan oleh 23 orang pemain dari Paguyuban
Wayang Orang Wanita (PWOW) Surakarta, Kamis (26/4) malam, di Pendapa Ageng
Taman Budaya Jawa Tengah, Kentingan, Jebres, Surakarta.(disarikan dari Bloger)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar